Minggu, 06 April 2014

PEMAKAI

PEMAKAI

Menghamba pada keinginannya sendiri, di peralat oleh ke khawatiran, melarikan diri dan membelakangi kenyataan. Dasar para pemakai! Dengan bangganya ia berbuat salah, betapa salah membanggakannya. Ia ingin kebebasan tetapi selalu di kalahkan. Maka tidak ada yang lebih indah dari fantasi menurutnya.

Lehernya dirantai oleh pergaulan, cara pandangnya belum jinak dan kebaikannya adalah racun. Senyumnya adalah kemirisan, tawanya adalah kejanggalan. Ia tertipu, lalu menipu, kedustaan telah memadamkan sinar matanya.

Sadarilah bahwa pelarian hidup tidak memenangkan apa-apa !


Selama tidak merusak otak, selama tidak menggeser iman, selama tidak mengurung jiwa, selama tidak menindas hati, selama tidak memilih mati, apapun asalkan juaranya. Karna bila harus menjatuhkan lututmu, bila harus mencoreng wajahmu, bisa harus menundukan kepalamu, aku pikir apapun asal tidak tergoncang jati dirimu!

KITA LELAH

KITA LELAH

Bila aku menang, bila aku berhasil, bila lemariku penuh dengan piala dan brankasku sudah tidak muat di isi uang, aku masih tidak begitu senang, sebab semua itu tidak senikmat di marahi kamu. Sekarang berbeda. Mungkin aku tidak setegas kamu menegur aku saat aku menegur diri sendiri.

Aku tidak bisa mati dengan menahan nafas, demikian tak lupa dengan menahan sesal. Aku sedah banyak membaca buku, aku sudah menelan air laut berkali-kali, aku membunuh nyamuk, tetapi masih saja kamu yang aku cinta. Entah siapa-siapa saja yang sudah bosan mendengar ini, mungkin tinggal cermin saja yang masih semangat.


Bila kita harus berakhir, biat Tuhan saja yang ketuk palunua. Bukan mereka yang sudah marah, atau kita yang sudah lelah. Atau jika aku mati lebih dulu. Kamu boleh menangis dan melihat orang yang kamu cinta adalah manusia seratus persen. Aku bukan malaikat, bukan Tuhan, tetapi bukan setan yang mencelakakan, melainkan cinta yang tersimpan.

SEMOGA TIDAK KAMU LAGI

SEMOGA TIDAK KAMU LAGI

Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia. Bukan karena aku tidak ingin kamu bahagia, melainkan karna bukan aku yang membahagiakanmu. Itu menyakitkan, seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar. Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk. Supaya aku dapat melihat Tuhan memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan, sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku bangkit.


Namun ketahuilah sebelum aku sudah tidak lagi ada untukmu, ini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi tubuh dan jantungku berdenting demi kau menari nari di pikiranku. Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bahagia menjadi aku, itu karna aku mampu terima kamu apa adanua. Aku meminta ampun kepada Tuhan, sebab aku pernah berharap kalau suatu saat, ketika angin menghempaskanku hilang dari ingatmu, aku tidak ingin pernah lagi menginjak bumi. Sebab hidup jadi terasa bagaikan dinding yang dingin. Aku harus menjadi paku, sebab kamu bagai lkukisan dan cinta itu sebagai palu. Memukil aku, memukul aku dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat.